IDENTIFIKASI KRISIS & ISU
MASKAPAI AIR ASIA AIRLINE



BAB I PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Air Asia adalah sebuah perusahaan penerbangan Internasional yang berbasis di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1999 dengan nama Awair ( Asian Wagon International ) dengan memulai debut pertamyanya di kota-kota besar di Indonesia. Pada tahun 2000 kemudian Awair mulai memasuki penerbangan Internasional dengan memasuki bandara Singapura.

Namun karena persaingan penerbangan kala itu begitu ketat membuat Awair fakum dari dunia penerbangan sekitar setahun setelahnya, hingga pada tahun 2004 Awair diambil alih oleh Air Asia dan kemudian menerapkan pasarnya dengan menerapkan penerbangan dengan tarif murah. 1 Desember 2005 Awair memulai kembali penerbangan pertamanya dan berganti nama menjadi PT. AirAsia.

Hingga pada minggu 28/12/2014 perusahaan ini mengalami tragedi hilangnya kontak pada salah satu pesawaatnya yang memiliki nomor penerbangan QZ 8501. Peristiwa ini merupakan sebuah kasus besar yang dialami oleh maskapai ini dimana kala itu pesawat jenis Air Bus 320-300 dengan rute penerbangan Surabaya – Singapura ini Tiba – tiba hilang kontak diduga ini terjadi setelah pilot pesawat meminta untuk merubah rute dikarenakan cuaca buruk.

Sempat terjadi kepanikan dan juga krisis yang dialamai perusahaan ini dikarenakan kabar yang beredar begitu cepat menyebar hingga menimbulkan isu – isu negatif yang berkembang dengan cepat. Badan SAR Indonesia yang kala itu cepat bertindak tak kunjung menemukan penumpang ataupun puing – punig pesawat.
Bayak isu yang berkembang kala itu seperti dugaan adanya teroris, pilot yang memakai narkoba dan juga armada pesawat yang kurang perawatan, bagi Air Asia insiden ini merupakan pukulan telak bagi maskapai Air Asia.


BAB II PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI ISU

Kurangnya kepastian serta pemberitaan yang terus menerus menyebar, ini lantas membuat isu terus terus berkembang dan menimbulkan berbabai pertanyaan dikalangan masyarakat serta minimnya informasi kala itu membuat isu tersebut memasuki tahapan krisis yang mendera perusahaan.

A. Eksternal Isu
Isu ini berkembang diluar perusahaan sehingga dapat dikatakan sebagai Eksternal Isu yang kala itu sempat menjadi trending topik di media sosial dan juga media cetak, tidak hanya itu di media visual seperti televisi, kasus ini juga tak luput dari sorotan kamera.

B. Devensive Isu
Isu yang berkembang kala itu merupakan isu yang bersifat devensife karena isu tersebut cenderung memberikan ancaman serius bagi perusahaan. Hilangnya kontak pada pesawat membuat isu devensife yang memunculkan banyak pertanyaan mulai dari kedisiplinan Pilot, Kesehatan Pesawat, Keterlibatan Terorisme dll.

C. Advokasi Isu
Isu yang sedang dialami kala itu mencakup Advokasi Isu dimana hanya penumpang ataupun keluarga penumpanglah yang terpengaruh akan isu. Meskipun banyak pihak yang mengecam kejadian ini namun yang paling memiliki kepentingan adalah keluarga dari korban / penumpang.

B. TAHAPAN ISU

Isu yang semakin berkembang kala itu memang seperti tidak menemui titik terang hal ini disebabkan karena tidak ditemukanya tanda – tanda dari korban atupun puing – puing pesawat dan karena itulah yang kemudian menjadikan isu berubah menjadi krisis seperti pda tahapan berikut ini

A. Tahap Prodromal
( Jakarta 28/12/2014 – Kompas.com ) Tahap ini disebut juga sebaga tahap Warning Stage dimana kala itu terjadi sebuah sirine peringatan ketika Pesawat denga rute penerbangan Surabaya – Singapura ini mengalami hilang kontak dengan Pilot setelah meminta untuk menambah ketinggian pesawat dikarenakan cuaca buruk.
Pesawat yang kala itu terbang pada ketinggian 32.000 kaki dan di jadwalkan akan tiba di Singapura pada pukul 08.3 waktu setempat. Berita yang ini sempat muncul di media online yaitu Kompas.com dan ini merupakan tahap Padnormal atau yang biasa di sebut dengan Precrisis

Tahap Padnorma yang dialami perusahaan ini mempunyai bentuk yang “ Jelas Sekali “ dimana kemunculanya ditandai dengan hilangnya kontak dengan pilot serta menghilangya pesawat dari radar pemantau


B. Tahap Akut
( Jakarta 10/01/2015 – Liputan6.com ) Tahap selanjutnya adalah tahap akut dimana Warning Stage dari hilangnya kontak denag QZ8501 ini menyebar hingga muncul reaksi dari berbagai kalangan seperti kalangan awak media dan para keluarga yang mulai mencari kepastian akan anggota keluarganya namun tidak kunjung menemukan jawaban.
Seperti reaksi dari kalangan pengamat kebijakan publik Agus Pambagiao yang memberikan pengamatanya mengenai peristiwa ini seperti dikitip dari Liputan6.com

C. Tahap Resolusi
Tahap ini mulai dilakukan ketika pihak maskapai Air Asia mulai membuka Posko Krisis Center Air Asia seperti diberitakan di Liputan6.com Februari 24, 2016. selain itu pihak maskapai juga menyediakan asuransi sebesar Rp. 1,25 miliar yang nantinya akan diberikan kepada keluarga korban dan yang sangat baik dilakukan CEO dari Air Asia seperti dikutip dari Kompas.com 28/02/2015 yang menyatakan bela sungkawanya terhadap korban penumpang pesawat.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Bagi semua maskapai tragedi kecelakaan pesawat memang menjadi peristiwa yang fatal dan dapat mengancam keberlangsungan suatu perusahaan. Namun di balik musibah seharusnya ini menjadi sebuah tamparan baginya untuk bisa terbangun dan menjadi lebih maju dan memaksimalkan seluruh komponen perusahaan agar hal seperti ini tidak terulang kembali dimasa mendatang. Karena krisis / musibah pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari melainkan sesuatu yang harus dihadapi.

B. Saran

Sebagai praktisi PR yang terlatih hendaknya kita tahu dan memahami sinyal atau tahap awal krisis karena pada tahap inilah sebuah krisis bisa dicegah dengan penanganan mumpuni dari seorang praktisi dan juga hubungan yang baik dengan media seharusnya mampu mengendalikan tahap awal krisis agar tidak sampai pada tahap Akut.


" Identifikasi Krisis & Isu Maskapai Air Asia Airline "

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama