KOMUNIKASI VERBAL & NONVERBAL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Psikom - Dalam Dunia Komunikasi kita tentu mengenal yang namanya jenis-jenis komunikasi, baik itu komunikasi verbal maupun Non Verbal. Seperti apa saja definisinya kali ini Dunia Public Relations akan mengulas tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal dan untuk selenkapnya mari kita simak.
KOMUNIKASI VERBAL DAN NON-VERBAL
Komunikasi pada manusia terjadi bila sepotong informasi berjalan dari seseorang ke orang lain, baik pesan tersebut mengandung maksud ataupun tidak. Dalam berkomunikasi kita menterjemahkan gagasan kedalam bentuk lambang, baik verbal maupun non-verbal
KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi Verbal - (verbal communication) adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal : bahasa, berkata dan menulis. Dalam berbahasa kita harus menguasai 4 unsur :
- Fonologi : yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa (cara bagaimana suara dikombinasikan untuk membentuk kata). Misal : “th” pada “the” berbeda dengan “th” pada “think”.
- Sintaksis yaitu pembentukan kalimat (cara bagaimana kata dikombinasikan sehingga membentuk kalimat). Misal : to be, dalam bahasa Inggris
- Semantik : arti kata (gabungan kata-kata). Misal : Dalam bahasa Inggris, kita harus tahu apa arti “Take” dan “Take into account“, kuli dan kuli tinta.
- Pragmatis : Yaitu cara bagaimana bahasa digunakan. Misal : Dengan orang Jawa jangan bicara dalam bahasa Batak
Kemampuan berbahasa diperoleh seseorang sejak kanak-kanak. Terdapat 2 teori menjelaskan hal ini : teori Belajar (Behaviorisme) dan teori Nativisme (Noam Chomsky).
Teori Belajar : kemampuan berbahasa diperoleh melalui proses asosiasi, imitasi, dan peneguhan.
Contoh :
- Asosiasi : anak mengucapkan “u…u”, orangtua menganggapnya sebagai permintaan agar diberi air. Si bayi melihat sang ibu memberinya minuman segar. Sejak itu kalau ia ingin minuman segar ia akan mengucapkan “u…u”..
- Imitasi : Ibu mengatakan “minum” setiap kali si anak bilang “u…u”. Lama kelamaan si anak akan berusaha untuk menirukan bila ia ingin minum.
- Peneguhan : bila anak berusaha mengucapkan “minum” dengan “u…u” dan sang ibu memeluknya, memangkunya dengan gembira dan mengucap kata-kata lembut sebagai respon terhadap anak yang mengucapkan dengan benar.
Ada keterkaitan antara bahasa dengan realitas. Teori Whorf menyatakan bahwa pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa. Karena bahasa berbeda, maka pandangan tentang duniapun berbeda.
Dalam kaitan dengan berpikir, konsep dalam suatu bahasa cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu. Meski kita dapat berpikir tanpa bahasa, bahasa terbukti mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan persoalan, dan menarik kesimpulan. Dengan bahasa, kita mengkomunikasikan pemikiran kita kepada orang lain dan menerima pemikiran orang lain. Jadi, kita tidak selalu berpikir dengan kata-kata, tetapi sedikit sekali kita dapat berpikir tanpa kata-kata.
Ada kata-kata yang dapat menghambat proses berpikir, yaitu bila ada kebingungan dalam mengartikan kata-kata tersebut. Kata-kata itu sendiri sesungguhnya tidak memiliki makna, manusialah yang memberi makna.
Dalam psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata tetapi pada pikiran orang atau pada persepsinya. Makna terbentuk berdasarkan pengalaman individu. Jadi, makna sebuah kata bisa berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain.
Untuk dapat berkomunikasi, diantara individu harus ada kesamaan makna. Kesamaan makna karena pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut Isomorfisme (mis : kesamaan budaya, status sosial, pendidikan, ideologi, dll). Makna bisa berupa makna Konotatif atau Denotatif.
Makna konotatif, Isomorfisme / mempersepsikan (mengasosiasikan) sendiri sebuah kata. Jadi, terhadap suatu kata, orang yang satu dengan yang lain bisa melahirkan konotasi yang berbeda, tergantung pada
pengalaman hidupnya. misal : kata ‘Pembantu / pelayan / kuli’, tiap orang bisa berbeda konotasinya. kata ‘Demokrasi’ konotasi + kata ‘Diktator’ konotasi – Makna Denotatif = makna kata yang tercantum dalam
kamus. Dalam komunikasi, kita tidak selalu menggunakan makna seperti yang ada dalam kamus.
Untuk dapat berkomunikasi, diantara individu harus ada kesamaan makna. Kesamaan makna karena pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut Isomorfisme (mis : kesamaan budaya, status sosial, pendidikan, ideologi, dll). Makna bisa berupa makna Konotatif atau Denotatif.
Makna konotatif, Isomorfisme / mempersepsikan (mengasosiasikan) sendiri sebuah kata. Jadi, terhadap suatu kata, orang yang satu dengan yang lain bisa melahirkan konotasi yang berbeda, tergantung pada
pengalaman hidupnya. misal : kata ‘Pembantu / pelayan / kuli’, tiap orang bisa berbeda konotasinya. kata ‘Demokrasi’ konotasi + kata ‘Diktator’ konotasi – Makna Denotatif = makna kata yang tercantum dalam
kamus. Dalam komunikasi, kita tidak selalu menggunakan makna seperti yang ada dalam kamus.
KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikasi non-verbal (non-verbal communication) adalah komunikasi berupa sikap badan, ekspresi wajah, dan gerak isyarat. Komunikasi non-verbal tidak menggunakan huruf-huruf alfabetis, hanya mengisyaratkan arti tanpa pengucapan kata-kata. Dalam komunikasi non-verbal banyak digunakan tanda-tanda yang tidak jelas atau mendua artinya (bersifat Ambiguitas).
Misal : satu bentuk ekspresi wajah = bisa berarti ia menanggung rasa sakit, namun bisa juga berarti ia sedang sedih.
Komunikasi non-verbal harus diinterpretasikan dari konteks situasi dan dari pengkombinasian semua tanda dari wajah dan tangan, posisi badan, dsb untuk menolak maupun menghindari ambiguitas.
Komunikasi non-verbal harus diinterpretasikan dari konteks situasi dan dari pengkombinasian semua tanda dari wajah dan tangan, posisi badan, dsb untuk menolak maupun menghindari ambiguitas.
Contoh :
- Di sebuah photo acara konser, terlihat orang-orang yang ceria, tertawa, tepuk tangan, melompat-lompat = kegembiraan.
- Photo acara pemakaman, terlihat orang-orang yang murung, dan menangis = kesedihan.
Komunikasi non-verbal dapat mengganti komunikasi verbal manakala komunikasi verbal tidak mungkin dilakukan, misalnya karena jauhnya jarak, atau karena kebisingan suasana.
Contoh :
- Sebuah jari diletakkan secara vertikal di bibir, dan anda tidak perlu berteriak, “Tenang….!!!”
- Telapak tangan bergerak ke atas-bawah sebagai tanda “Mari, kesini !”
- Dari dalam mobil kita gunakan isyarat tangan atau lampu kedip jika ingin belok kanan / kiri.
Misal :
- Mengeluarkan lidah :
- di Inggris = penghinaan
- di Cina = permintaan maaf / kejutan
- di Tibet = penghormatan
- Mengangkat / menengadahkan kepala :
- di Inggris, AS = percaya diri
- di Indonesia = sombong / angkuh
- di Yunani = “Tidak”
- di Britania = “Ya”
- Paralanguage (suara)
- Penampilan (appearance)
- Gestura (kinesik)
- Sentuhan (haptik)
- Ruang dan jarak (proksemik)
- Waktu (kronemik)
" Komunikasi Verbal & Non Verbal - Psikologi Komunikasi "
Posting Komentar