[ CONTOH ] PAPER KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
ANALISIS KONFLIK ETNIS DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Baca : Papper Komunikasi Antar Budaya - Analisis Konflik Tanjung Balai
I. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang penduduknya majemuk baik dari suku bangsa, ras, budaya, agama dan golongan. Kemajemukan ini menjadi realitas yang memang disadari oleh para pemimpin bangsa, yang juga memperjuangkan kemerdekaan dari para penjajah. Karena perbedaan pandangan terhadap setiap kelompok maasyarakat tersebutlah timbulnya suatu perpecahan, konflik atau bahkan diskriminasi antar masyarakat. Diskriminasi ini terus terjadi karena Identitas keberagaman di Indonesia, hal itu terus diuji dengan bergamam tindakan.Setelah refolusi, kasus kekerasan dan disriminasi yang terjadi di Indonesia terus meningkat. Hal itu terjadi seperti kekerasan berlatarkan agama / paham agama, kekerasan etnis, kekerasan orientasi seksual, dan juga kekerasan jender. Sebagai contoh kasus antar etnis yang pernah terjadi di Indonesia salah satunya ialah kasus “kerusuhan Poso”, yang terjadi di Central Sulawesi. Kasus SARA ini disebabkan oleh adanya keinginan dari Islam dan Kristen untuk mendominasi dan keinginan untuk menguasai, kerusuhan ini terjadi pada tahun 1998 - 2001 silam.
II. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan kami membuat dan menulis makalah ini untuk :- Memenuhi kebutuhan tugas kelompok
- Mencoba menganalisa kasus yang berkaitan dengan pertentangan Pluralisme
- Mencoba mengkaji gejala yang ditimbulkan dari masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik yang mucul dan mengatasnamakan etnis / kedaerahan dan agama semakin meningkat, seperti yang terjadi pada tahun 1998 – 2001 yaitu Kerusuhan Poso, Kerusuhan Poso tersebut sendiri sampai sekarang belum terpecahkan, meskipun secara umum konflik – konflik yang terjadi di poso berlatar belakangi kepentingan agama, namun jika diteliti lebih lanjut, maka akan ditemukan berbagai kepentingan golongan yang ikut mewarnai konflik tersebut, serta sampai sekarang Kerusuhan Poso dianggap konflik Agama yang terburuk yang pernah tercatat dalam sejarah Indonesia, memakan korban hampir mencapai 9.000 jiwa orang meninggal, bukan hanya mengalami kerugian jiwa, kerugian materi juga tak bisa dielakkan yaitu 29.000 rumah terbakar, 45 Masjid, 47 Gereja, 719 Toko, 38 gedung pemerintahan serta 4 BANK hancur. Kerusuhan ini berlangsung sampai 4 tahun.
kerusuhan pertama ini dipicu oleh perkelahian pemuda Kristen (mabuk) dan pemuda Islam yang dikabarkan bahwa pemuda tersebut ditemukan tewas di halaman Masjid. Kerusuhan poso I tepatnya pada tanggal 25 – 29 Desember 1998 sekelompok pemuda kristen yang mengkonsumsi minuman keras atau miras membuat kerusuhan di masjid ketika Sholat Tarawih sedang berlangsung. Kerusuhan ini mengakibatkan pemuda Islam ditemukan tewas di depan halaman Masjid. Akibatnya Keesokan harinya massa berkumpul dan terjadilah baku hantam.
Karena baku hantam itulah banyak tempat – tempat yang rusak, seperti pasar sentral poso terbakar dan sebagian rumah penduduk ikut dibakar masa. Massa Kristen yang dipimpin atau di sponsori oleh Herman Parimo mendatangkan massa dari luar kota poso ( daerah lereng gunung), akan tetapi dalam serangan poso I ini massa Kristen dapat dihalang bahkan mereka menyerah dan terjadi kesepakatan bersama yaitu Damai. Dari kesepakatan damai tersebut dua sponsor utama yaitu Heraman Parimo dan Akfar Patonga ( adik Bupati) di meja hijaukan akan tetapi Yahya Patiro (Kristen) tidak diadili bahkan dia menduduki jabatan barunya sebagai Assisten Sekilda Tk.I, hal ini membuat ummat Islam merasa tidak puas.
Kerusuhan Poso II terjadi pada tanggal 16 April – 22 Mei yang dipicu oleh pembunuhan pemuda desa Kayamanya yang dilakukan oleh pemuda Kristen Lambogia tepatnya pada tanggal 16 Mei, akibat pembunuhan itu pada tanggal 17 Mei warga Kayamanya melakukan aksi pembakaran rumah, kurang lebih 400 rumah habis terbakar serta 1 Gedung Gereja Baniel hancur terbakar di desa Lambogia, kerusuhan ini menghasilkan kembali tewasnya pemuda Islam yang di temukan meninggal karena pembantaian di jalan Maramis jum’at 19 Mei 2000, pada tanggal 22 Mei 2000, kembali adanya penyerbuan pada shubuh hari yang di ikuti penyerangan yang dilakukan oleh sebagian kecil pemuda dengan sasaran KBI, serta penculikan para tokoh Islam Poso. Pada malamnya juga dikumpulkannya para tokoh yang tergabung dalam Forum, dari pertemuan tersebut kembali terjadinya kesepakatan yang mengataskan kata Damai.
Kerusuhan Poso III kembali pada tanggal 23 Mei kerusuhan terjadi dipicu adanya 13 pasukan yang berpakaian ala ninja melakukan penyerangan dengan bersenjatakan kelewang, senjata pelontar serta tombak yang menewaskan 11 orang 3 di antaranya tewas, 7 yang lainnya mengalami luka ringan satu korban yang lain mengalami luka berat.
Tanggal 24 Mei kembali terjadinya penyerangan mendadak yang dilakukan oleh sekelompok pasukan yang berpakaian ninja tersebut ke beberapa pos pengamanan kantong muslim. Pada tanggal 26 Mei pasukan merah yang berjumlah ribuan mengepung serta berusaha untuk menguasai kota Poso, tetapi sempat ditahan atau dihalangi oleh Komando Jihad yang berjumlah 900 orang, karena kebiadaban pasukan merah sekitar 1500 muslim tewas dan hilang. Pada tanggal 27 Mei pasukan merah melakukan aksi ugal – ugalan. Pada tanggal 28 dan 29 Mei bentokan antara masa Islam dan Kristen di tokorando, serta perang pasukan putih dan merah dikabupaten poso.
Tanggal 31 Mei beredar isu bahwa pada hari Psakah Isa Al-Masih, ribuan massa akan kembali menyerang kota Poso serta akan menghancurkannya. Jalan – jalan menuju kota Poso diblokade oleh warga Kristen, kerusuhan merambet keluar Kota Poso setidaknya 8 orang tewas dan ribuan orang mengalami luka – luka. Aksi bentrok tersebut terjadi di desa Sape, Batugincu, Silangka dan Toyado, yang diduga tewas terkena senjata api, selain itu di desa Saninora Poso Pesisir, aksi pembakaran rumah – rumah muslim yang dilakukan oleh massa Kristen.
Aksi serupa juga terjadi di desa Toini Ladangan, massa dari dua desa tersebut menggunkan senjata rakitan untuk menyerang para kelompok penyerangan kelurahan Sayo. Pada tanggal 2 Juni para pengungsi di jembut oleh pasukan Brimob tetapi dihadang oleh pasukan penyerang Kristen, tepat pada tanggal 3 Mei para pengungsi Muslim ditampung di tepat darurat yaitu, Mes Pemda Tk.II Poso, kota Parigi, kota Ampana dan di perguruan Al-Khairat Palu, serta pondok pesantern dan Masjid yang ada di kota Palu dan Parigi. Massa Kristen telah menguasai Kota Poso dan Poso pesisir dan terus melakukan pembakaran terhadap rumah – rumah yang ditinggalkan oleh penduduk.
Kajian Literatur
Kasus atau peristiwa ini dapat terjadi karena adanya kesalahan baik itu sikap maupun komunikasi ataupun komunikasi yang terjalin antar dua agama ini tidak efektif. Entah karena adanya gangguan baik gangguan dalam pesannya. Minimnya kesadaran masyarakat untuk saling menghormati / toleransi agama,serta untuk menjadi salah satu alasan kenapa kasus rasisme di Indonesia masih cukup tinggi bahkan bisa dikatakan tinggi padahal pada saat perumusan pancasila sudah jelas adanya penekanan pada sila pertama mengenai harmoni umat beragama.Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan tuhannya sendiri. Yang kristen menyembah tuhannya Isa al masih seperti yang mereka imani sedang yang islam sesuai dengan yang mereka imani yang bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhamad SAW, dan agama – agama yang lainnya sesuai dengan kaidah mereka masing – masing. Padahal sudah jelas bahwa hendaklah semua yang bertempat baik itu di Indonesia maupun yang diluar indonesia pasti memiliki tiap – tiap keleluasaan untuk menyembah tuhan yang mereka percayai untuk itu hormatilah kepercayaan serta segala sesuatu yang mereka yakini, yakni dengan tidak adanya egoisme agama lagi.
Analisis Kasus
Dari konflik poso dapat dilihat bahwa kerusuhan ini terjadi di picu oleh adanya perbedaan baik dari segi politik, ekonomi maupun sosial budaya.1. Segi Politik
Kepentingan politik mungkin bukan menjadi penyebab awal munculnya konflik di poso, karena pertiakian dua pemuda sebenarnya terdapat muatan olitik berkaitan dengan suksesnya bupati. Ketidakpuasan politik inilah yang menjadi akar permasalahan konflik. Maka masing – masing kandidat menggalang dukungan dengan mengesploitasi sentiman agama. Karena itulah konflik yang terjadi lantas bertopeng menjadi suku dan agama.
2. Segi Ekonomi
Poso telah dimasuki pemdatang kristen dan islam sejak pra – kolonial, namun proposi migrasinya baru signifikan pada masa Orde Baru. Hal itu terjadi sejak dibagunnya prasarana jalan trans-Sulawesi dan pembangunan berbagai pelabuhan laut dan udara. Para pendatang islam semakin banyak dan besar. Maka uamat Kristen banyak mendiami wilayah tegah Poso merasa terjepit dan terancam secara ekonomi. Keterancaman masyarakat kristen membuat wilayah tegah Poso merasa terjepit.
Rasa saling tidak suka antar kelompok yang diprovokasi pihak – pihak lain membuat masyarakat mudah tersulut konflik.
3. Segi Sosial Budaya
Daerah Poso dihuni oleh masyarakat asli dan pendatang. Suku Toraja di Poso yang terbagi dalam 3 kelompok besar yakni Toraja Koro, Palu dan Sa’dan adalah penduduk asli Sulawesi Tengah. Tinggal pula suku To Bungku, To Mori, dan Togean.Sedangkan para pendatang yang datang ke Poso berasal dari suku Bugis, Gorontalo, Toraja, Minahasa, Jawa, Bali, suku-suku dari NTB dan NTT, Tionghoa dan Arab. Suku-suku itu umumnya memasuki Poso, baik melalui migrasi secara spontan, juga melalui program-program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah.
Arus transmigrasi intensif terjadi sejak 1970-an dan 1980-an, terutama setelah dibukanya jalur prasarana angkutan darat Trans-Sulawesi. Kedatangan para pendatang ini menyebabkan terjadinya peralihan lahan dari yang dulunya atas kepemilikan penduduk asli yang beralih kepada para pendatang. Para pendatang kemudian mengembangkan tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti kakao dan kelapa. Karena keadaan sosial ekonominya tidak sebaik para pendatang, akibatnya penduduk asli merasa dirugikan. Penduduk asli Poso yang beragama Kristen awalnya banyak tinggal di bagian tengah. Namun lama kelamaan mereka merasa terjepit oleh proporsi pendatang terutama yang beragama Islam. Sebab semakin lama semakin mendekati proporsi umat Kristen baik di Poso Pesisir maupun di Pamona Selatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerusuran Poso yang terjadi pada tahun 1998 ini merupakan konflik yang sangat besar yang melibatkan dua kubu agama yaitu Islam dan Kristen. Konflik ini dipicu oleh politik untuk kepentingan individual serta kelompok masing – masing masyarakat, yang secara dinamis tidak dapat dipisahkan dan berhubungan satu sama lain. Hal ini sangat disayangkan sekali karena mengingat politik tidak boleh mengatas namakan agama untuk menentukan pemenang, karena dapat menimbulkan hal – hal yang akan menjadi perpecahan nantinya.Pendapat lain mengenai akar permasalahan ini ditimbulkan oleh sistem budaya dalam hal yang menyangkut agama, suku dan ras, serta kurang adanya keadilan dimana dari sebagian masyarakat yang merasa di diskriminasi, dan juga masalah politik dimana penguasaan struktur pemerintahan oleh satu pihak dalam arti tidak ada keseimbangan jabatan didalam pemerintahan. Akibatnya kerusuhan Poso tersebut dipandang sebagai gambaran kuraang baiak nya hubungan antar agama, sehingga membuat kota Poso sendiri tidak lagi menjadi prioritas kunjungan bagi pengunjung dari Indonesia maupun luar.
B. Saran
Kami berharap dari kejadian Kerusuhan Poso yang sudah terjadi serta menjadi sejarah yang kelam bagi Indonesia dan Bangsa ini dapat di ambil sisi positif dan dapat di hilangkan sisi negatifnya serta dapat pula diambil pelajaran bahwa seharusnya mereka dapat menyatuhkan pendapat secara baik, menjaga toleransi yang semestinya dilakukan, sesuai dengan semboyan yang Indonesia punya yaitu “Bineka Tunggal Ika” walau berbeda tetapi tetap satu jua. Agar dikemudian hari kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dikemudian hari.Penelusuran yang terkait dengan [ Contoh ] Paper Etika Kehumasan - Analisis Konflik Etnis di Indonesia
makalah etika public relation
makalah etika profesi humas
makalah etika public relations
contoh etika profesi humas
makalah etika dan kode etik profesi humas
etika humas
makalah profesi humas
etika dalam kegiatan humas
" [ Contoh ] Paper Etika Kehumasan - Analisis Konflik Etnis di Indonesia "
Posting Komentar